“Aku Melihat Indonesia”

Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri



Jika aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar lautan Indonesia bergelora
Membanting di pantai Ngeliyep itu
Aku mendengar lagu – sajak Indonesia

Jikalau aku melihat
Sawah menguning menghijau
Aku tidak melihat lagi
Batang padi menguning – menghijau
Aku melihat Indonesia

Jika aku melihat gunung-gungung
Gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu
Gunung Tangkupan Prahu, gunung Klebet
Dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia

Jikalau aku mendengar pangkur palaran
Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia

Jika aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia

Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa
Dengan mata yang bersinar-sinar
(berteriak) Merdeka! Merdeka!, Pak! Merdeka!

Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia!

----Bung Besar---

Sumber : facebook
Pesan Tersirat :

Check
Read More … “Aku Melihat Indonesia”

Berbagi Tentang Nasionalisme

Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata ‘nation’ (Inggris) yang berarti bangsa.

Nasionalisme suatu paham rasa kebangsaan atau kesadaran sebagai bangsa yang didasarkan pada adanya rasa cinta kepada tanah air untuk mencapai, mempertahankan, mengabdikan identitas, dan integrasi kekuatan bangsanya.
Ada beberapa tokoh mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme.
  1. Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
  2. Menurut Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.
  3. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.

    Untuk lebih jelas lagi perlu kita perhatikan beberapa definisi nasionalisme berikut ini!
  4. Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
  5. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
    1. Hasrat untuk mencapai kesatuan.
    2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
    3. Hasrat untuk mencapai keaslian.
    4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

    Dari definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang :
    1. memiliki cta-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan;
    2. memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan;
    3. memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama;
    4. menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah; dan
    5. teroganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
  6. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual
Suatu negara kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk mengembangkan negaranya. Nafsu untuk berkuasa itu mendorong negara tersebut memperkuat angkatan perang. Bila telah merasa diri mereka kuat, maka berbagai alasan dicari-cari sehingga bisa timbul penjajahan yang sesungguhnya. Semangat dan nafsu untuk berkuasa atas bangsa lain ini merupakan salah satu sebab adanya kolonialisme dan imperialisme.
Makna Nasionalisme
Makna Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.
Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Jadi Nasionalisme dapat diartikan:
  • Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
  • Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia sena
  1. menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
  2. menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
  3. bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;
  4. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
  5. menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
  6. mengembangkan sikap tenggang rasa;
  7. tidak semena-mena terhadap orang lain;
  8. gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;
  9. senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;
  10. berani membela kebenaran dan keadilan;
  11. merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia; dan
  12. menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
  1. Contoh Indonesia pernah memiliki kejayaan pada masa Sriwijaya, Mahapahit. Kejayaan menimbulkan harga diri sehingga mereka akan memberontak bila harga diri diganggu.
    ..
    .
  2. Contoh Belanda yang menindas dan membelenggu akibatnya timbul perlawanan.
    .
    .
    .
    .
  3. Contoh munculnya golongan cendekiawan sehingga timbul penggerak atau pemimpin pergerakan Nasional.
    .
    .
  4. Kemenangan Jepang atas Rusia 1905 mengakibatkan semangat bangsa Asia terutama Indonesia untuk menentang Imperialisme Barat. Contoh dengan terbentuknya Budi Utomo (1908).
    .
  5. Kekuasaan pribumi pada saat itu terkungkung oleh pengaruh politik imperialis dan kolonial yang sangat kejam sehingga terjadi praktek penyalahgunaan kekuasaan dan pelecehan hak asasi. Dalam bidang ekonomi terjadi eksploitasi ekonomi, dan dalam bidang budaya terjadi pelecehan sehingga bangsa Indonesia berusaha memperjuangkan aspirasi rakyat baik di bidang politik, ekonomi atau pun budaya.
    .
  6. Mayoritas rakyat Indonesia adalah kaum muslim. Dengan jumlah yang demikian besar, ternyata Islam merupakan satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia.
    .
  7. Karena keturunan Cina mendirikan perguruannya sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan (1901) sehingga bangsa bangkit. Para pedagang pribumi mendirikan SDI (1911) atau Serikat Dagang Islam.
Peran Serta Generasi Muda dalam Membina Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Generasi muda pada prinsipnya adalah suatu kelompok manusia Indonesia yang diharapkan mampu menjadi penerus kegiatan generasi tua yang dianggap baik. Generasi muda adalah sosok penerus kepemimpinan bangsa di masa depan yang lebih baik.
Nah, sebelum kita berbicara mengenai peran serta generasi muda dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa, coba Anda ingat sejenak, apakah Anda di sekolah menjadi pengurus OSIS atau aktif di organisasi perkumpulan pemuda di lingkungan tempat tinggal Anda?
Mungkin juga Anda selalu membantu orang tua serta aktif menjaga lingkungan, aktif berperan dalam kegiatan program RT, seperti kerja bakti dan lain sebagainya.]
Dari beberapa pertanyaan dan contoh di atas itu, Anda selalu aktif berperan di dalamnya. Itu menunjukkan bahwa Anda adalah pemuda yang baik dan Anda telah meringankan beban dari orang tua, karena memang itulah harapan dan cita-cita bangsa Indonesia, di tangan generasi mudalah cita-cita harapan bangsa terwujud. Walaupun ilustrasi contoh di atas sangat sederhana, tetapi itu adalah sebagian dari cita-cita harapan bangsa dalam membina persatuan dan kesatuan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah uraian berikut ini tentang “Peran Generasi Muda dalam Membina Persatuan dan Kesatuan Bangsa.” Pada uraian ini akan dijelaskan 3 (tiga) bagian yang terdiri dari:
a. Peran generasi muda di masa lalu.
b. Peran generasi muda di masa kini.
c. Peran generasi muda di masa yang akan datang.
  1. Peran Generasi Muda di Masa Lalu
    Kita ketahui bahwa kesadaran kebangsaan tidaklah tumbuh sekaligus dalam kehidupan rakyat Indonesia. Tetapi tumbuh secara berangsur, yang diawali pada kalangan terpelajar dan generasi muda. Kemudian menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.

    Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk membina persatuan dan kesatuan, generasi muda selalu tampil mengambil peranan penting. Dari perjuangan fisik melawan penjajah sampai dengan mencetuskan proklamasi, bahkan sampai pada perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
    .
    1. Perjuangan Melawan Penjajah Sebelum Tahun 1908
      Perlawanan terhadap penjajah sebelum tahun 1908 yang dilakukan bangsa Indonesia antara lain:
      .
      1. Perlawanan terhadap Portugis dan Spanyol
        Portugis mulai menjajah Indonesia tahun 1522 di bawah pimpinan d’Abreu dan Serrao. Penjajahan bangsa Portugis mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia (Ternate dan Tidore). Perjuangan itu dimpimpin oleh Sultan Hairun, kemudian diteruskan oleh Sultan Baabullah (1570). Penjajahan Portugis berakhir tahun 1641.
        .
      2. Perlawanan terhadap Belanda
        Bangsa Belanda datang di Indonesia dan di bawah pimpinan Jan Pieter zoon Coen tahun 1619. Belanda mendirikan kota Batavia sebagai benteng pusat penjajahannya di Indonesia.
        Perlawanan terhadap penjajah merebak di seluruh persada Nusantara yang digerakkan oleh tokoh-tokoh seperti Pangeran Jayakarta, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanuddin dari Makasar serta Pangeran Diponegoro dan lain sebagainya. Tetapi mengingat latar belakang perjuangannya bersifat kedaerahan, belum adanya persatuan dan kesatuan antar daerah, maka perjuangan untuk mengusir dan membebaskan tanah air dari penjajah itu belum berhasil.
        .
    2. Perjuangan Melawan Penjajah Sesudah Tahun 1908
      Sejak tahun 1908, peranan generasi muda dalam perjuangan melawan penjajah memasuki perjuangan yang lebih terorganisisr dengan membentuk organisasi politik.

      Cita-cita untuk mencapai Indonesia merdeka, mereka membentuk organisasi, baik yang berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan maupun sosialisme. Organisasi-organisasi tersebut antara lain: Sarikat Dagang Islam (1905); Budi Utomo (1908); Sarikat Islam (1911); Muhammadiyah (1912); Indischi Partij (1911); Perhimpunan Indonesia (1924); Partai Nasional Indonesia (1929); dan Partindo (1933). Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak dalam bentuk federasi seluruh orpol/ormas yang ada, yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan politik Kebangsaan Indonesia (1927).

      Kebulatan tekad untuk mewujudkan nasionalisme Indonesia tercermin dalam Sumpah Pemuda. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pelajar, mahasiswa dan pemuda dari berbagai perkumpulan seperti Pemuda Jawa, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Sekar Rukun, Pemuda Indonesia, Pemuda Batak, Pemuda Selebes, Pemuda Ambon, Perkumpulan Pemuda Islam dan Perhimpunan Pemuda Pelajar Indonesia, mengadakan Kongres Pemuda II. Dari hasil kongres itu keluarlah keputusan atau ikrar yang disebut “Sumpah Pemuda”, yang menetapkan beberapa identitas nasional sebagai modal perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kongres ini juga ditegaskan bahwa rumusan Sumpah Pemuda wajib dipakai oleh seluruh perkumpulan kebangsaan Indonesia.
      .
    3. Perlawanan terhadap Jepang
      Jepang mulai berkuasa di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942, setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Penyerahan kekuasaan dari Belanda ke tangan Jepang adalah di Kalijati (Bandung). Pemerintah Belanda diwakili oleh Letnan Jenderal Ter Poorten bersama Jenderal Tjorda van Sturkenborg, sedangkan Jepang diwakili oleh Immamura.

      Karena Jepang juga melakukan tindakan-tindakan di luar batas peri kemanusiaan, seperti contoh semua partai politik dilarang, dan satu-satunya partai politik berdasar agama Islam “Masyumi” yang dibentuk tanggal 22 November 1943 luput dari larangan Jepang.

      Perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia ada 3 cara: a) perlawanan legal; b) perlawanan illegal; serta c) perlawanan terbuka.
      .
      1. Perlawanan legal: perjuangan melawan penjajah Jepang dengan menggunakan badan/organisasi atau perkumpulan yang didirikan atas sepengetahuan atau seizin pemerintah Dai Nippon. Contoh Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin oleh 4 serangkai Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansyur. Contoh lain adalah PETA (Pembela Tanah Air) yang dipimpin oleh Supriadi.
      2. Perlawanan illegal: perlawanan dengan menggunakan organisasi/gerakan di bawah tanah atau tidak sepengetahuan Jepang.
        Contoh golongan Amir Syarifudin, Sutan Syahrir, Persatuan Mahasiswa, Sukarni dan Kaigan.
      3. Perlawanan terbuka: pemberontakan yang dilakukan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia.
        Contoh:
        1. Di Karangampel (Indramayu) pada tahun 1943 dipimpin oleh H. Madriyas, dkk.
        2. Di Sukamanah (Tasikmalaya) pada tahun 1944 dipimpin oleh Kyai Zainal Mustafa.
        3. Di Blitar (PETA) tahun 1945 dipimpin oleh Supriadi.
        4. Di Lhokseumawe (Aceh) pada tahun 1942 dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil.
    4. Perjuangan Memperoleh dan Menegakkan Kemerdekaan Indonesia
      Perjuangan bangsa Indonesia akhirnya mencapai puncaknya dalam bentuk Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tetapi sebelumnya perhatikan uraian berikut ini, apa yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia, atau sebaliknya bagaimana reaksi dari bangsa Indonesia.

      Pada saat-saat menjelang kekalahan Jepang terhadap Sekutu, Jepang berusaha berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk menarik simpatik rakyat Jepang membiarkan orang Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih tetapi harus didampingi bendera Jepang.

      Selanjutnya dibentuklah pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI dan dilantik tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 diadakan sidang guna membahas tentang Dasar Negara RI.

      Dalam sidang itu ada 3 usulan mengenai dasar negara, yaitu usulan yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, 5 (lima) dasar negara oleh Ir. Soekarno diberi nama Pancasila.

      Sidang II BPUPKI berlangsung pada tanggal 10 sampai 16 Juli 1945. Hasil terpenting dalam sidang ini adalah diterimanya secara bulat Rancangan Undang-Undang Dasar.

      Selesai melaksanakan tugasnya BPUPKI melaporkan hasilnya kepada pemerintah Jepang disertai dengan dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang disingkat PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945, dan ketuanya Ir. Soekarno serta wakil Drs. Moh. Hatta.
      .
    Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
    Pada tanggal 16 Agustus 1945 dirumuskan teks proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadasyi Maeda oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo. Perumusan ini disaksikan oleh wakil dari golongan muda, yaitu B.M. Diah, serta Chaerul Saleh dan dari golongan tua, yaitu Dr. Buntaran, Samaun, dan Bakri. Naskah Proklamasi itu berhasil disusun dan disetujui. Teks aslinya ditulis memakai pensil, kemudian diketik oleh Sajuti Melik.

    Naskah tersebut ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

    Pada tanggal 17 Agustus 1945 hari Jum’at (Legi) pukul 10.00 atau bulan Ramadhan bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Ir. Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

    Berbahagialah bangsa Indonesia karena lahir negara Republik Indonesia Merdeka. Setelah proklamasi dibacakan Sang Merah Putih dikibarkan dengan diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

    Semua rakyat bersuka cita, ada yang menangis, bersujud bersyukur dan bergembira atas lahirnya negara Indonesia yang merdeka.

    Keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang, yang menghasilkan keputusan penting yaitu:
    1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara RI (sekarang UUD 1945).
    2. Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI.
    3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum tersusun.
      .
    Sejak bangsa Indonesia merdeka hingga kini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Kita harus sadar bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan itu, kita harus kerja keras guna berhadapan dengan tantangan yang berat baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam negeri.

    Marilah kita semua sadar dan renungkan betapa besar pengorbanan para pejuang bangsa terdahulu. Setelah Indonesia merdeka, belum menikmati hasil kemerdekaan, bangsa Indonesia harus berhadapan dengan Sekutu serta Belanda musuh dari luar, contoh pertempuran tanggal 10 November 1945. Pertempuran di Surabaya yang membawa korban beribu-ribu pejuang rakyat Surabaya, serta Aksi Militer Belanda tahun 1947 dan diikuti Aksi Militer Belanda II tahun 1948.

    Kemudian bangsa Indonesia berhadapan dengan bangsa Indonesia sendiri yang mengkhianati perjuangan kemerdekaan seperti: Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, DI/TII tahun 1958, serta G30S/PKI tahun 1965.

    Tetapi dengan kesiapan tekad yang bulat, serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, tantangan-tantangan, pergolakan-pergolakan itu dapat diatasi.
    .
  2. Peranan Generasi Muda Saat Ini
    Masa kini adalah masa yang sedang kita nikmati bersama, termasuk Anda, apa yang sedang Anda lakukan saat ini? Masa kini disebut juga masa pembangunan, setelah peristiwa G30S/PKI kemudian tumbangnya Orde Lama, lalu lahir Orde Baru. Dan di masa Orde Baru itulah dalam upaya mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia melakukan pembangunan-pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya, guna menata kehidupan yang lebih baik. Dimulai dari apa yang dinamakan Pelita I (Pembangunan Lima Tahun I) sampai dengan Pelita IV.

    Keberhasilan pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, harus diakui sebagai prestasi besar bagi rakyat Indonesia. Contoh keberhasilan tingkat GNP pada tahun 1997 mencapai US$ 1.200 dengan pertumbuhan sebesar 7% dan laju inflasi di bawah 3%. Ditambah pula meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
    Namun demikian keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental (character building) para pelaksanan pemerintahan (birokrasi), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha/konglomerat). Klimaksnya adalah pada pertengahan tahun 1997, di mana Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sudah menjadi budaya (bagi penguasa, aparat dan pengusaha). Bangsa Indonesia terperangkap dalam hutang luar negeri yang mencapai US$ 137 milliar (Swasta 63% dan BUMN/Pemerintah 37%).

    Akibat menggunungnya hutang luar negeri Indonesia dalam bentuk dollar, mayoritas pinjamannya berbentuk komersial, dan jangka pendek (short term) serta jatuh temponya hampir bersamaan, maka permintaan dollar sangat tinggi. Hukum ekonomi berlaku bahwa bila permintaan (demand) naik, maka harga (price) juga mengalami kenaikan. Periode tahun 1997 – 1998 dollar bahkan pernah mencapai Rp. 20.000,-/US $.

    Peristiwa demikian disebut Krisis Moneter. Diantara negara ASEAN yang mengalami krisis moneter tersebut, hanya Indonesialah yang terparah, dan lama pemulihannya. Oleh karena itulah bangsa Indonesia melakukan Reformasi.

    Kembali kepada Anda, apa yang Anda lakukan saat ini? Menurut hemat saya sungguh tepat benar apa yang Anda lakukan yaitu mau belajar dengan sungguh-sungguh, walaupun di SMU Terbuka. Sebab di tangan kalianlah wahai putra-putri harapan bangsa dipertaruhkan. Dengan demikian sebagai generasi Reformasi hendaknya Anda menghindari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan:
    .
    1. Tidak beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
    2. Berbuat tidak adil.
    3. Berbuat di luar batas-batas kemanusiaan sehingga tidak menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak asasi.
    4. Mementingkan diri pribadi, golongan di atas kepentingan bangsa dan negara.
    5. Memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, tidak dapat mengendalikan diri sendiri.
      .
    Lalu apa yang dilakukan saat ini, tentu sama beratnya dengan generasi terdahulu. Setelah badai krisis moneter yang berlarut-larut, ditambah pula praktek-praktek KKN di segala bidang yang berakibat hancurnya nilai-nilai kejujuran dan keadilan, etika politik, moral hukum, dasar-dasar demokrasi dan sendi-sendi agama. Itu semua adalah kesalahan pada pemerintahan Orde baru.
    .
  3. Peranan Generasi Muda di Masa yang Akan Datang
    Mungkin di masa yang akan datang Anda masih bisa menikmati, tetapi generasi terdahulu mungkin tinggal kenangan. Memang sulit untuk membayangkan bagaimana keadaan Indonesia nanti, apakah kita menjadi bangsa yang lebih maju serta modern, atau sebaliknya kita menjadi hancur. Cobalah Anda renungkan, betapa berat, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi.

    Di era globalisasi, zaman milenium bila kita lihat dan amati begitu cepat arus informasi yang masuk tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, tentu akan membawa dampak baik yang positif ataupun negatif.

    Oleh karena itulah sebagai generasi muda untuk menghadapi masa datang hendaknya:
    1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
    2. Belajar dengan tekun serta lebih giat lagi.
    3. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
    4. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari penonjolan suku, agama atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan.
    5. Menghindari perbuatan yang merugikan negara seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Latihan :
Jawablah pertanyaan soal di bawah ini dengan singkat dan jelas !

  1. Jelaskan pengertian Nasionalisme menurut Ernest Renan!
    .
  2. Apa makna Nasionalisme bagi bangsa Indonesia?
    .
  3. Sebutkan 3 latar belakang adanya Nasionalisme di Indonesia?
    .
  4. Sebutkan 3 tokoh pahlawan dari tanah Jawa!
    .
  5. Jelaskan 3 contoh peranan generasi muda saat ini!
sumber : http://pustaka.ictsleman.net/pengetahuan/onnet3/content/ppkn5.htm

Pesan Tersirat :

Check
Read More … Berbagi Tentang Nasionalisme

Pengajian Pancasila di Poncokusumo Kab. Malang

Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Bertempat di rumah pak Supardi di Dusun Keden Desa Argosuko Poncokusumo kegiatan Pengajian Pancasila dihadiri oleh puluhan peserta, dan sebagaimana biasa acara dilakukan tepat pukul 19.00 wib tepat. Hal ini sebagai implementasi tanggungjawab moral warga Paguyuban nasionalis dalam hal disiplin, walau baru dihadiri 7 orang peserta lagu Indonesia Raya berkumandang di heningnya malam.

Suasana semakin ramai ketika beranjak malam, telihat mas Tikno, Kusno Tempe, dari luar kecamatan terlihat juga Sujud Pribadi, Kusnadi, Bagong, Timbul, Benu, Herman dan kupluk duwur Mang Dayat, dan masih banyak lagi para penggiat Paguyuban nasionalis.

Ada banyak hal yang dikupas dalam pengajian ini, mulai dari ajakan untuk mendo'akan leluhur desa yang jaman dahulu mbedah desa ini selain mendo'akan para pemimpin agama yang jauh yang mungkin tidak kita kenal. Dibagian lain di sampaikan pula tentang pentingnya Koperasi dalam berkehidupan berekonomi mengingat koperasi adalah usaha yang berdasarkan kumpulan orang atau asaz yang digunakan adalah azas gotong-royong

Pesan Tersirat :

Check
Read More … Pengajian Pancasila di Poncokusumo Kab. Malang

PENEMUAN KEMBALI PANCASILA, DAN TANTANGAN PENGAMALANNYA

Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Banyak paradox Munculnya tekad “menghidupkan kembali” (revival) Pancasila akhir-akhir ini sangat erat hubungannya dengan dinamika politik-sosial-ekonomi yang dihayati para masyarakat pemikir dan vokal negeri ini yang tidak puas dengan berbagai keadaan negera .Seperti misalnya kemacetan sistem politik, paradoks sistem presidensial vs parlementer: retorika pemberantasan korupsi dalam tantangan dekadensi sistem hukum nasional terkait sebagian pelaku kepolisian, kejaksaan dan pengadilan serta pengacara. sangat lambannya proses pengentasan kemiskinan yang sangat berlawanan dengan perilaku kemewahan dan hedonisme di kalangan tertentu. banyaknya terjadi keteraniayaan dan keterpurukan di kalangan rakyat di seberang maraknya keberanian kaum pemodal menyusup ke relung-relung kehidupan selain ekonomi dan infrastruktur juga ke lembaga-lembaga birokrasi Pemerintahan , DPR dan Pengadilan, juga media massa, hiburan, olah-raga , bahkan pendidikan. Perbedaan antara kata (kebijakan verbal) dan realitas implementasi ( operasional) dari para pimpinan pemerintahan sehingga ada yang “mengecapnya” sebagai kebohongan publik.Ciri-ciri zaman edan tampak jelas: yang jujur tersungkur, yang jahat tetap menjabat, yang mikir tersingkir yang ngawur tambah luhur. Ketenteraman masyarakat juga sangat terusik dengan maraknya demo, vandalisme dan perkelahian antar kelompok, golongan, desa dan kampung, konflik horisontal nyata terjadi hampir setiap hari di mana-mana dan ditayangkan secara dramatis di media massa. Urgensi pembaharuan komitmen Pancasila Dinamika politik, sosial dan ekonomi tadi , dibarengi dengan mencuatnya suasana kebatinan masyarakat luas akan urgensi menemukan kembali (rediscovery) dan menghidupkan kembali (revival) semangat dan pembaharuan komitmen (commitment renewal) Pancasila yang sudah lama tersingkir atau disingkirkan. Masalah ini terutama disebabkan oleh karena misinterpretasi dan mismanagement penghayatan dan peyebaran serta pengamalan Pancasila selama rezim Jenderal Soeharto, tetapi sebagian juga karena ada cukup banyak “musuh-musuh” dan “jiwa non-committal” Pancasila seperti yang pernah di sinyalir oleh Bung Karno. Musuh-musuh ini dari dulu apalagi sekarang sosok-sosoknya antara lain bisa berwujud antek Belanda serta kolonialis dan empirialis lainnya, kaum reformis, kaum konservatif, kontra revolusioner, para bunglon (orang-orang yang gemar gonta-ganti sikap dan warna ideologi atau partai). Kembali ke Akal Sehat? Hasrat menemukan kembali dan menghidupkan kembali Pancasila mencapai kulminasi berupa pertemuan raksasa dihadiri para pemimpin dan massa. Langkah kembali ke Pancasila ternyata dimulai dengan acara “Lomba Pidato”. Namun harus diakui bahwa ketiga pidato tsb dalam beberapa hal saling mengisi. Tampaknya menjadi pemulihan hubungan baik antar pribadi para pemimpin kita, dan juga mudah-mudahan meratakan jalan kita “kembali ke akal sehat” (bring back to our senses). Tampak ada tanda-tanda kearah ini, misalnya orang setapak demi setapak mulai melihat beberapa sisi positif pemerintahan Jenderal Soeharto, seperti keamanan, stabilitas, pembangunan infra struktur, pertanian (swa sembada beras) , pendidikan, keluarga berencana. Malah data salah satu survey “di-extrapolate” dengan menyimpulkan seolah-olah kredibilitas Soeharto lebih tinggi dari SBY. Perbandingan itu menurut saya kurang benar, sebab kedua tokoh berikut konteks politik-ekonomi-sosial-kultura​l tidak dapat diperbandingkan (non-comparable). Keamanan era Soeharto adalah keamanan semu menurut konsep otokrasi terpimpin secara absolut, sedangkan era yang dikatakan eranya SBY dalam kenyataannya adalah demokrasi liberal lemah kepemimpinan bagaikan tanpa arah ogah intervensi ( laissez fair) dan direcoki lembaga-lembaga negara yang saling bersaing dan lemah moralitas Dekadensi moral ini merupakan bahaya paling besar yang dihadapi bangsa ini berpotensi menjerumuskan ke tebing krisis nasional. Rendahnya rasa malu (shame feeling) di barengi dengan rendahnya rasa salah (guilt feeling), rendahnya kejujuran moral dan kejujuran intelektual (moral & intellectual honesty) dan kurangnya keberanian menegaskan yang salah itu salah yang benar itu benar sering diperlihatkan mereka yang tergolong pemimpin dan berpendidikan , semua ini sangat mengganggu hati nurani . Kalau pemerintah dan para pimpinan lembaga-lembaga negara dan pimpinan masyarakat tidak mampu atau tidak mau mengatasi krisis nasional ini berarti sengaja membiarkan tuumbuhnya generasi yang gagal, dan dikhawatirkan akan melahirkan generasi gagal dan negara gagal, Sekarang apa rencana tugas kita? Sekarang setelah menemukan kembali jalan ke Pancasila, apa rencana kongkrit kita? Ingatlah kita, bahwa proklamasi kemerdekaan 1945 adalah satu hasil revolusi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang kita tahu dilalui dengan perjalanan lama dan sulit dari anak bangsa sejak tahun 1908, mulai Budi Oetomo (Kebangkitan Nasional) , dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda thn 1928 (Kesadaran satu Bangsa, Satu Tanah Air, Satu Bahasa) yang harus diartikan Sumpah Prasetya kepada NKRI dan Pancasila. Hal ini kemudian dimatangkan Soekarno sebagai epitome penggali Dasar-Dasar Negara Republik Indonesia pada tgl 1 Juni 1945 (Hari lahirnya Pancasila). Apakah tugas kita sebagai bangsa sudah selesai. Ya belum lah, masih jauh! Bung Karno dalam pidatonya tgl 1 Juni 1945 telah mengingatkan bahwa kemerdekaan itu penting, tetapi ia hanya menjadi jembatan yang harus kita lewati untuk sampai ke terlaksananya semua cita-cita dan rencana besar. Menurut keyakinan saya cita-cita dan rencana besar kita sebagai bangsa tak lain tak bukan telah dipateri dalam Pembukaan UUD 1945, ialah Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmu.. Selanjutnya dicantumkan tujuan: Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ini adalah satu perwujudan cita-cita hukum (rechts idee). Setelah memproklamasikan kemerdekaan kita harus serta merta berjuaang menggapai terciptanya semua sila dari kelima sila dalam Pancasila yang harus kita rinci pengamalannya dari tahun ketahun, dari dekade ke dekade berikutnya, dari seratus tahun ke ratusan tahun seterusnya. Makin maju satu bangsa makin tajam rinciannya. Ini bukan lagi rechtsidee, tetapi Rechtvaardigheid, Keadilan (justice) Kalau rechtsidee dan rechtvaardigheid tidak tercapai berarti kita bangsa Indonsaia terutama pemerintah belum berhasil alias gagal! Memang kita ini lebih gemar bicara tentang “hukum” tetapi jarang bicara dan bertindahk demi keadilan. Negara Bangsa dan Geopolitik Rincian implementasi kelima Pancasila harus fokus pada perjuangan terus menerus untuk membangun idealisme, sikap gotong-royong, tolong-menolong dan harga-menghargai sesama umat, masyarakat bangsa dan negara yang cerdas adil dan makmur, yang kuat sentausa membela dan membangun semua aspek poleksosbud dan militer secara fisik dan sosial, secara material dan spiritual demi manusia dan tumpah darah selaku wilayah negara kepulauan terbesar di dunia yang utuh meliputi daratan dan lautan selebar 60 juta Km2 yang dengan berlakunya Konvensi Hukum Laut PBB 1982 pada tahun 1994 menurut Prof.DR Hasjim Djalal telah diakui oleh dunia internasional. .Pertanyaannya , apakah kita selaku generasi pengembang gagasan founding fathers secara konsisten sanggup berjuang (fight) mempertahankan dan mengisi konsep geopolitik yang dipelopori Bung Karno mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia? Ingatlah, kita dulu pernah jadi bangsa besar dalam zaman keemasannya Shri Vijaya dan Majapahit sebagai NEGARA BANGSA. Gagasan dan rencana serta tekad besar tidak akan datang dengan sendirinya melainkan harus diperjuangkan, dan harus dimulai hari ini agar insya Allah selesai tuntas oleh dua generasi sesudah kita. Sekali-kali janganlah kita lengah lagi sehingga kehilangan Timor Timur, Sipadan dan Ligitan . Sekali-kali jangan diteruskan kebodohan kita sehingga kekayaan tanah dan lautan kita yang tiada taranya di dunia dikeruk oleh kekuatan-kekuatan kapitalis-empirialis asing. Beranikah kita berjuang (fight) me-renegosiasi kontrak-kontrak kerja dengan pemodal-pemodal asing yang sudah bercokol begitu lama dan kuat? Kalo perlu dengan pengorbanan, sama seperti Inggris yang bertahan dengan segala pengorbanan melawan serangan udara dan roket Jerman Hitler tanpa janji-janji pemerintah kecuali mengajak rakyat memberikan darah dan air mata? Juga seperti Russia di bawah pimpinan Stalin telah melawan agresi Jerman Hitler sampai konon kehilangan 18 Juta rakyatnya? Kita juga pernah berkorban sehingga Kesultanan Yogyakarta konon kehilangan separoh penduduknya mati berperang, hilang atau kelaparan melawan kompeni Belanda selama lima tahun perjuangan perang Diponegoro.yang dipimpin oleh Diponegoro sebagai bangsawan, Senopati ing alogo sekaligus sebagai ulama besar. Kita tidak lupa perjuangan rakyat Aceh melawan kompeni Belanda sampai Belanda sendiri kehilangan beberapa jendralnya, lebih banyak jendral Belanda yang mati di Aceh daripada yang mati ketika berperang melawan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Tindakan terobosan tak kunjung datang. Kami ulangi pertanyaan terdahulu. Setelah pidato Habibie, Megawati dan SBY , apa gerangan langkah terobosan kita.. Yang ditunggu-tunggu datang juga tetapi sama sekali bukan tindakan terobosan (break through) tetapi “hanya “ difokuskan pada pendidikan, terutama di lembaga-lembaga pendidikan, dan pelaku utamanya adalah guru. Kebijakan ini tidak salah, tetapi sama sekali tidak relevan dan tidak strategis jika ditinjau dari asal muasal urgensi masalah negara dan masyarakat yang mendorong hasrat menemukan kembali, menghayati kembali dan mengamalkan kembali Pancasila. Coba kita pikirkan, urgen mana menambahkan matapelajaran Pancasila di lembaga pendidikan, atau memberantas korupsi dan mafia hukum, pengentasan kemiskinan, menyelenggarakan sistem peradilan yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, meluruskan peran pemodal secara proporsional dengan mengutamakan pemberdayaan pedagang dan pemodal kecil-menengah yang jujur dan cerdik, dan masih banyak lagi masalah-masalah bangsa dan negara kita yang lebih relevan dan mendesak. Yang diperlukan secara mendesak ialah bukan ‘reformasi’ apalagi reformasi setengah hati, juga bukan revolusi melainkan perombakan lengkap (complete overhaul) sistem kepemimpinan dan manajemen pemerintahan di semua lini dan tingkatan! Kita ini sudah terlalu lama dan sering bermimpi membuat terobosan besar tetap mimpi tetapi tinggal mimpi. Saya khawatir kita ini menjadi bangsa yang pemimpi dan bercita-cita “pepesan kosong” (a nation of broken dreams! Apa sistem dan pelaku pendidikan sudah siap? Memberikan peran pendidikan dalam penghayatan dan pengamalan Pancasila memang penting untuk jangka pendek terutama untuk jangka panjang. Tetapi dengan segala hormat dan cinta saya kepada guru dan dosen namun saya kurang yakin mereka sudah siap dalam sikap, mental dan intelektual untuk menggalang budaya Pancasila di lembaganya. Apa lagi kalau di hubungkan dengan sikon kekuatan-kekuatan politik,ekonomi ,sosial, budaya dewasa ini. Kita bisa membayangkan betapa sulit dan rumitnya seorang guru meyakinkan siswanya tentang keagungan Pancasila sebagai dasar negara dan moral bangsa di tengah-tengah realitas carut marutnya kehidupan masyarakat dan negara sehari-hari? Pancasila kalau mau diajarkan di lembaga pendidikan kurikulumnya (bukan sekedar “daftar mata pelajaran”) harus di disain secara cermat menurut persyaratan didaktis-filosofis dan metodis-pedagogis. Pendidikan yang berhasil, artinya tujuan pengajaran siswa terpenuhi , harus memenuhi keserasian ( compatibility) secara psikologis dan sosiologis. Harus dibangun oleh guru tumbuhnya collective will atau collective demand . Guru harus bisa meyakinkan Pancasila kepada siswanya, berarti guru sendiri harus yakin dan percaya - diri dan jujur terhadap dirinya sendiri akan keniscayaan Pancasila sebagai Dasar Negara dengan segala pengamalannya. Guru harus menjadi ‘Rasul Kebangunan Pancasila’ Saya jadi teringat kata Bung Karno dalam salah satu pidatonya bahwa guru adalah rasul kebangunan! Dalam konteks sekarang guru harus mampu menjadi Rasul Kebangkitaan Bangsa, Rasul penemuan kembali dan penghayatan serta pengamalan kembali Pancasila. Dalam pidatonya itu Beliau secara khusus mengutip (dalam bahasa Belanda) pandangan filosof Perancis Jean Jaures tentang pendidikan sbb : “onderwijs is in zekere zin een voortplanting.” ( pendidikan dalam makna tertentu adalah melanjutkan ‘keturunan’ ( berupa gagasan sikap dan nilai ).. Kalau guru keyakinannya hitam akan melahirkan hasil didikan yang hitam, kalau keyakinannya merah ya hasilnya merah. Bung Karno tidak menghendaki guru “main komedi” (maksudnya harus jadi manusia berwatatk bukan pemain watak) guru tidak bisa “mendurhakai ia punya jiwa sendiri. Guru hanya bisa mengasihkan apa dia –itu sebenarnya”. Masih mengutip Jean Joures:“men kan niet onderwijzen what men wil, men kan niet onderwijzen wat men weet, men kan alleen onderwijzen wat men is”! (orang tidak dapat mengajarkan apa yang ia mau, orang tidak dapat mengajarkan apa yang ia tahu, orang hanya bisa mengajarkan apa yang jadi jati-dirinya). Pertanyaannya: apa kita sudah “mengukur” Jati diri Pancasila pada guru apalagi pada para pemimpin kita di b erbagai bidang dan timngkatan? Selama kurang-lebih 50 tahun rakyat Indonesia digalang supaya lupa Pancasila. Lupa tidak hanya urutan kelima Sila, apalagi gagasan-gagasan dasar Pancasila. Menurut saya , sekarang ini ini kita semua perlu kesepakatan menemukan dan menghidupkan kembali makna dasar dan sejarah (basic concepts & history) yang diawali dengan penggalian Bung Karno pada 1 Juni 1945. Kita mulai dengan aspek ‘tahu’ ( pengetahuan) dulu. Misalnya makna dasar ‘Persatuan’ dan apa masalah-masalah persatuan yang telah ditunjukkan kepada kita oleh sejarah dan mengapa persatuan itu adalah satu keharusan agar kita sebagai bangsa bisa tetap bertahan-hidup (survive) dan tetap terus berkembang? Pengetahuan kita lanjutkan mengenai makna dasar dan sejarah ‘Perikemanusiaan yang Adil dan Beradab’, lalu mengenai ‘Kedaulatan Rakyat yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Musyawarah Perwakilan’, selanjutnya mengenai ‘Keadilan bagi Seluruh Masyarakat Indonesia , dan last but not least ‘Ketuhanan yang Maha Esa’.Dari ratusan mungkin ribuan data dan fakta dalam sejarah kehidupan kita selama ini diharap akan digali pengetahuan dan kesadaran serta karsa kolektif (collective will) untuk membangun Bangsa dan Negara Pancasila di seberang jembatan Kemerdekaan. Apa makna politiko-filosofis Pancasila? Sejak 1 Juni 1945 sampai hari ini banyak orang terutama para pemimpin memberi makna politiko-filosofis yang berbeda-beda tentang Pancasila. Makna-makna itu misalnya: (1) dasar dan tujuan revolusi, (2) philosophische grondslag, landasan filsafah (3) welt anschauung di atas mana kita mendirikan negara Indonesia, (4) beginsel (principe), (5) pedoman prilaku hidup, (6) norma, (7) ideologi, ( 8) value system, (9) way of life, dan mungkin masih ada lagi istilah yang lepas dari ingatan saya. Setelah mulai 1 Juni 2011 jelas kita berencana akan kembali ke Pancasila, maka banyak pemuka terutama para “newsmakers” bertubi-tubi melontarkan istilah-istilah krsuial berkaitan dengan Pancasuila. Sejumlah istilaah yang potensial mengandung makna yang bisa berbeda bahkan bertentangan telah diucapkan seolah-olah dalam satu nafas. Ini bisa menimbulkan kesan bahwa mereka belum benar-benar mendalami makna istilah-istilh itu..Yang penting dan perlu jadi peringatan kita ialah bahwa istilah-istilah itu awalnya di definisikan secara cermat namun dalam perjalanan sejarah perilaku politik-sosial-budaya definisinya bisa berubah. Filsafat bisa saja berobah menjadi ‘ideologi’ misalnya, namun jangan sampai “terpeleset” menjadi doktrin yang dilaksanakan secara doktriner dan sangat autokratis. Welt Anschauung ‘nasional sosialistis’ Jerman Hitler akhirnya menjadi ideologi ‘rasialis’ bangsa Aria yang mengaaggap ras atau bangsa lain sebagai “Unter Mensch”. Contoh lain, “Filsafat Marxis Historis Materialisme” akhirnya berubah menjadi negara “diktatur proletar”.. Lain lagi di Indonnesia, pada era Soeharto yang tidak suka menyebut “revolusi” padahal revolusi kemerdekaan kita adalah revolusi yang tidak hanya mengenyahkan Belanda kolonialis, tetapi juga merombak gagasan usang tentang teori bernegara a la Barat yang menghalalkan pertentangan antar golongan.,individualisme, kapitalisme, pluralisme (bukan multi-kultur). Maka itu Bung Karno dari awal di musuhi kekuatan-kekuatan Barat. Jenderal Soeharto dengan mempersempit Pancasila sebagai ideologi akhirnya menciptakan diktatur militer dengan “fellow travelernya Golkar. Maka habislah Pancasila sampai akar-akarnya. SBY yang secara terencana atau kebetulan mengemban ideologi neo-liberalis, meneruskan kebijakan presiden-presiden pendahulunya membiarkan pemodal asing dan warga negara sendiri menguasai sebagian besar sumber daya alam, politik dan ekonomi keuangan dan merebakkan sistem multi-partai , petualang – petualang politik, koruptor, pengeruk sisa-sisa kekayaan alam daratan dan lautan, pada hal telah diwanti-wanti oleh Bung Karno sejak 17 Agustus 1959. Istilah-istilah punya definisi denotatif dan conotatif yang bias yang harus difahami dan diwaspadai benar-benar oleh kita yang tergolong pemuka masyarakat, apalagi oleh para guru yang katanya akan dapat tugas utama mengamalkan Pendidikan Pancasila. Antara ‘Budi Pekerti’ dan ‘Pancasila’ Bagaimana dengan istilah ‘budi pekerti’ yang belakangan ini dianggap cukup credible sebagai pengganti pelajaran Pancasila. Budi pekerti. dalam makna tertentu memang baik dan sebagian sudah menjadi elemen cara hidup (way of life) atau sistem nilai masyarakat kita. Misalnya saling hormat-menghormati, sepi ing pamrih rame ing gawe, menghormati orang-tua, mencintai anak-anak dan sesamanya, toleran terhadap perbedaaan, menjaga kekeluargaan dan persahabatan , sopan santun dalam hidup sehari-hari dalam makan, berpakaian, berbicara dalam rumah sendiri maupun di masyarakat Namun harus kita ingat bahwa budi pekerti adalah pedoman dasar perilaku individu dalam konteks ‘intra-kultural’ masyarakatnya (community)- Di luar kontks masyarakatnya , ada sistem atau aturan budi-pekerti lainnya, Jadi, tolong budi pekerti meskipun baik dan perlu ia berbeda sama sekali dari Pancasila. Pancasila adalah pedoman perilaku politik sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seorang Pancasilais tentu perilaku budipekertinya harus kungruen dengan budi pekerti dalam masyarakatnya, tetapi budi pekerti bukan Pancasila. Menyamakan budi pekerti atau menjadikannya sebagai pengganti pendidikan Pancasila merupakan kesalahan politik yang fatal. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila era Soeharto. Apa yang pernah dilakukan Jenderal Soeharto untuk menyebarkan Pancasila perlu kita kaji kembli. Pendidkan P4 yang berlangsung sebagai Gerakan Nasional (National Movement) bagian-bagian tertentu bisa kita adopsi dengan penyempurnaan. (Sambil menulis naskah ini saya berpikir, alangkah efektifnya gerakan nasional yang serupa dilakukan oleh SBY untuk memberantas koruoptor dan mafia hukum). Namun gerakan P4 sangat miskin aspek didaktis-filosofis dan juga metodis – pedagogis. Aspek didaktis-filosofis tak mungkin di tonjolkan karena jelas akan bertentangnn secara diametral dengan kenyataan sehari-hari kebijakan pemerintah yang sangat otoriter. Apoalgi aspek motodis – pedagogis tidak dimengerti oleh para pengajarnya yang kebanyakan terdiri dari perwira tentara yang lebih sibuk memamerkan kutipan-kutipan verbalistik berupa banyak transparansi. Pengamalan Pendidikan Pancasila “Jilid II” Untuk melaksanakan pendidikan Pancasila “Jilid II “ yad perlu ada perombakan besar dalam pengorganisasian isi/materi dan cara-cara mengajarnya. Mungkin perlu ada latihan – pelatih. Pancasila sebagai pandangan dan tunutunan perilaku berbangsa dan bernegara yang beradab harus lebih menitik-beratkan cara dan diskusi musyawarah secara terbuka dengan mengakui adanya realita-realita permasalahan nyata yang ada dalam masyarakat. Berdasarkan pengalaman peribadi, cara – cara yang jujur mengakui adanya masalah-masalah nyata dalam masyarakat para khalayak lebih memberikan apresiasi. Tetapi ini hanya merupakaa persoalan “teknis” belaka,Yang krusisl dan strategis adalah dimulainya satu gerakan nasional yang solid di bawah pimpinan SBY selaku Presiden terpilih untuk menghidupkan kembali cipta-rasa-karsa Pancasila dalam semua aspek kehidupan negara , dengan terkad menemukan kembali keIndonesiaan dalam jati diri Bangsa sebagai manusia Pancasila paripurna. SELESAI. * Disampaikan sebagai Keynote Speech dalam acara pengkajian kebangsaan PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI di Gedung Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, 18 Juni 2011. Pembicara ( Santoso S. Hamijoyo) adalah Gurubesar Sosiologi Pendidikan dan Psikologi Sosial Komunikasi, Mantan Dirjen Dikdasmen, Dep. P & K

Pesan Tersirat :
Sumber : facebook.com/romo.boediantono

Check
Read More … PENEMUAN KEMBALI PANCASILA, DAN TANTANGAN PENGAMALANNYA

Not Lagu Indonesia Raya (WR Supratman)

Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Lagu kebangsaan kita berjudul Indonesia Raya sebagaimana diatur dalam UUD 1945, Bab XV, Pasa 36B, yang merupakan hasil “perubahan kedua”.

Pasal ini berbunyi, “Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.”



Pada bulan Oktober tahun 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada saat malam penutupan kongres, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta kongres tersebut (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Untuk mengunduh dokumen, silakan klik gambar atau klik teks berikut:

Partitur Not Angka-Not Balok Indonesia Raya


Pesan Tersirat :

Check
Read More … Not Lagu Indonesia Raya (WR Supratman)

Pengajian di Tawangrejeni Turen


Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Kegiatan "Pengajian PANCASILA" di Dusun Lokwaru Desa Tawangrejeni Turen di hari minggu 10 Juli 2011 diawali dengan menyanyiakn lagu kebangsaan yang dipandu Kusnadi.

Acara-acara yang disusun mulai pidato pengamalan Pancasila ini berisikan tentang ajakan kepada para peserta KKN Universitas Malang untuk berjuang di bidang pendidikan bagi mereka, Herman menyampaikan pernyataan agar para mahasiswi-mahasiswa peserta KKN untuk memulai mengamalkan Pancasila dengan tepat waktu, karena dengan tepat waktu para mahasiswa-mahasiswi dapat merencanakan dengan baik jadwal kuliah mereka sehingga mampu untuk menyelesaikan kuliah dengan baik dan melanjutkannya dengan pengabdian dibidang pendidikan.

Mahasiswa-mahasiswi sebagai calon pemimpin masa depan akan menggantikan para pemimpin saat ini. Ungkapan ini disambung dengan pidato berikutnya yang mengupas tentang semakin terkikisnya nilai-nilai luhur Pancasila.

Dengan diselingi hiburan campursari dan lawak dari Benu, acara ini ditutup dengan dua buah ceramah Pancasila dan kehidupan beragama oleh Ustad Istadi  Ishadi dan Bpk Djati Kusumo.

Kemampuan dari Ustad Istadi dan Bpk Jati dalam mengolah suasana dan membangkitkan semangat menjadikan acara yang berakir sampai pukul 12 malam tidak terasa menjemukan  dan berkali-kali standing applaus menggema dari sejak awal hingga akhir acara dengan disampaikannya bahwa didalam agamapun banyak bermacam macam mazhab, tatacara tetapi ternyata semua bisa bersatu dan menyatu seperti kalimat "Bhineka Tunggal Ika", sementara dari Bpk Djati Kusumo memaparkan bahwa umat islam di Indonesia adalah umat yang bertaraf mu'min atau lebih tinggi dari taraf islam yang muslim, sehingga kehidupan yang rukun aman dan damai dapat tercipta dan berbeda dengan umat yang masih tatanan muslim seperti banyak di jazirah arab dimana mereka masih berkutat pada perang suku dan banyak timbul perbudakan modern(H2O)

Pesan Tersirat :

Check
Read More … Pengajian di Tawangrejeni Turen

Peringatan Pancasila dan Tahun Jawa 2872


Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Bertempat di Kampus STIEKN "JAYA NEGARA" Malang, sebuah acara peringatan tahun jawa dan Peringatan Pancasila 1 juni, dilaksanakan dengan hikmad dan berikut isi pembukaan acara yang dilaksanakan tanggal 7 Juli 2011 ini,

Ribuan tahun yang lalu, pernah hadir suatu peradaban yang menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong-royong, suatu peradaban yang membuat ketatanegaraan yang membuat masyarakatnya damai, tenteram, makmur dan masyarakat yang begitu dekat dengan Sang Pencipta Kehidupan.

Suatiu peradaban yang membuat contoh ketenangan hidup, sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Contoh peradaban yang memimpin dunia pada jamannya. Wilayah peradaban ini begitu luas, terbentang membelah dunia, saat ini wilayah tersebut dikenal dengan nama Nusantara.

Konsep peradaban yang adiluhung ini dikarenakan manusianya sebagai subjek pembangunan peradaban saat itu sangat dekat dengan penciptanya, sangat memahami tugas keberadaan dirinya, dan pembagian tugas berjalan secara merata, semata-mata karena titah Sang Pencipta dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, dengan tulus demi menegakkan kebenaran huku abadi dengan cara saling menyayangi diantara sesamanya dan berbudi luhur.

Jaman keemasan berganti dengan jaman penuh malapetaka, ketika sang alam murka dan terjad penurunan nilai-nilai moral dan etika, diperkuat dengan datangnya sekelaompok manusia yang membawa napsu keserakahan semata.

Lahirlah suatu jaman yang membawa peradaban liar melalui bentuk-bentuk penindasan. Jaman penindasan ini terjadi ratusan tahun lamanya, hingga waktu mengantarkan peradaban pada 1 juni 66 tahun yang lalu melalui putra sang fajar, nilai-nilai luhur itu dapat tergali kembali dan menumbangkan jaman penindasan


Hari ini setengah abad setelah masa keemasan Putra Sang Fajar, kita kembali dibayangi rasa gelisah akan ketidak pastian suatu peradaban yang dapat membuat ketenangan di masyarakat.

Hari ini menunjukkan, kita ............ bangsa Indonesia belum mampu melaksanakan amanat Tuhan.

Kesewenang-wenangan dan keserakahan masih merajalela ditengah kehidupan kita sehari-hari.

Pola pikir analisa kita untuk menghadapipermasalahan multi dimedi dalam kehidupan bernegara tidak menunjukkan penyelesaian yang paripurna

Kami mengetuk hati sesama anak bangsa untuk menumbuhkan kesadaran akan jatidiri bangsa dan mencoba mengikat nilai-nilai spiritual tersebut dalam satu tujuan untuk kembali menjalankan nilai nilai luhur dalam kehidupan kita sehari-hari

Demikian misi yang ada pada sarasehan tersebut (H2O)


Pesan Tersirat : Kita adalah anak bangsa dan sewajarnya bersatu tanpa membeda-bedakan seuai dengan "Bhineka Tunggal Ika"

Check
Read More … Peringatan Pancasila dan Tahun Jawa 2872

Hormat Bendera Bukan Musyrik



Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menyesalkan adanya pemahaman keliru mengenai hormat bendera Indonesia. Nuh menegaskan pemberian hormat kepada bendera merah putih merupakan kewajiban warga negara.

"Jangan mencampuradukkan antara penyembahan karena penyembahan kaitannya dengan kemusyrikan. Di setiap negara itu ada simbol-simbol kenegaraan. Penghormatan itu tidak sama dengan penyembahan," kata Nuh sebelum mengikuti rapat kerja di Komisi X DPR, Jakarta, Kamis (9/6/2011).

Nuh menambahkan, jajaran dinas pendidikan di Karanganyar, Jawa Tengah, akan mengedepankan dialog bersama pimpinan dua sekolah, yakni Sekolah perguruan Islam SMP Al Irsyad Al Islamiyah di Tawangmangu dan sekolah SD Ist Al Albani.

"Karena hal-hal seperti ini kan tidak bisa jebrat-jebret, karena terkait dengan pemahaman. Mudah-mudahan dengan dialog di kabupaten kota, itu bisa selesai," harapnya.

Nuh menegaskan upacara pengibaran dan hormat Bendera Merah Putih harus tetap dilakukan di semua sekolah tanpa terkecuali. "Pokoknya selama dia di Indonesia, dia harus mengikuti nilai-nilai kebangsaan," pungkasnya.

Dan tidak satupun negara yang tidak memiliki bendera kebangsaan, bahkan ormas yang mengharamkan penghormatan bendera ternyata memiliki sibol-simbol kelompok mereka yang mereka banggakan

Pesan Tersirat : kita bukan menyembah bendera tapi simbol penghormatan sebagai rasa nasionalisme, NKRI dan kedaulatan negara

Check
Read More … Hormat Bendera Bukan Musyrik

Khawatir Penolakan Hormat Bendera Meluas


Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Para anggota Komisi E DPRD Pendidikan Jawa Tengah, Muhammad Zen dan Lilik Haryanto mengatakan bahwa keberatan-keberatan dari beberapa orang, bendera merah dan putih di beberapa tempat di Jawa Tengah merupakan indikasi penurunan menghormati dalam arti nasionalisme.

Untuk mencegah penyebaran isu-isu yang mereka meminta agar pihak yang berwenang, yaitu Departemen Pendidikan, dan aparat keamanan untuk mengambil tindakan segera. Selain itu, masalah telah menyebar ke sejumlah pejabat pemerintah. Hal ini sangat mengganggu.

Hal ini mulai terjadi tidak hanya di kota-kota kecil seperti Karanganyar dan Boyolali Tapi telah terbukti terjadi di kota Semarang.. Untuk pasukan keamanan dan Dinas Pendidikan Jawa Tengah serta masing-masing kota atau kabupaten wajib memberikan bijaksana pencegahan, "kata Zen, Kamis (09 juni 2011).

"Masak anak-anak sekolah dilarang menghormat bendera, itu luar biasa bagaimana mereka mencintai bangsa mereka. Belum lagi, bahwa para pejabat juga dilarang menghormat bendera, itu patut disesalkan," tambahnya.

Zen menyatakan, bagaimanapun, meminta agar kasus itu tidak dibawa ke dalam bidang hukum atau ke ranah politik. Tinggalkan kasus di trek dan di bidang pendidikan atau pendidikan kewajiban instansi terkait tetap untuk memperbaiki masalah.

Lilik Haryanto mengatakan ia menyaksikan sebuah sekolah di Boyolali menolak menghormat bendera merah putih. Pada saat diketahui pengawas sekolah, sekolah tersebut akhirnya menyadari kesalahannya.

Menurut Lilik menghormat bendera merah dan putih adalah bagian dari kehidupan warga negara. Hal ini sangat berbeda dari arti menghormat secara religius.

"Jika agama jelas dilarang dalam bentuk kultus objek, karena mereka bisa menyembah Tapi di sini kita memiliki penghormatan kepada bendera merah dan putih adalah bentuk penghormatan terhadap simbol-simbol negara, yaitu Indonesia.," Katanya.

Pesan Tersirat :

Check
Read More … Khawatir Penolakan Hormat Bendera Meluas

Nasionalisme Dimata INUL DARATISTA

Amalkan Pancasila Mulai Diri Sendiri

Ketika diajak produser ikut berpartisipasi dalam musikal ludrukan ”Kartolo Mbalelo”, Inul Daratista (31) langsung menyanggupinya. Bagi pedangdut ini, ludruk adalah wacana nasionalis dalam berkesenian.

”Ludruk itu bentuk wacana kesenian tradisional dan berfungsi sebagai cermin angan-angan kolektif rakyat kecil. Sajian humornya yang mendidik bisa dijadikan alat protes sosial,” katanya.

Ibu satu anak ini menambahkan, ”Aku punya prinsip, bila untuk perkembangan dan kemajuan budaya bangsa, aku pasti mendukung. Aku langsung mau karena ludruk itu nasionalis banget,” tutur Inul.

Bersama pemain ludruk asal Jawa Timur, dia akan tampil dalam ”Kartolo Mbalelo” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1-2 Juli mendatang.

Pemilik nama asli Ainur Rokhimah ini mengatakan, ”Kartolo Mbalelo” berbentuk lawak untuk melepaskan ketegangan dan stres sekaligus memberikan pemikiran baru terhadap kondisi sosial masa kini.

Selain Inul, berada di panggung yang sama antara lain Cak Kartolo, pasangan Nurbuat-Rohana, dan Cak Lontong. Sebagai bintang tamu, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Wakil Ketua DPR Promono Anung.

”Meski dengan wacana banyolan, alur ceritanya membuatku tertarik, terutama menanggapi kondisi sosial politik yang gonjang-ganjing,” kata Inul tentang ”Kartolo Mbalelo”

Pesan Tersirat :
Sumber : kompas.com

Check
Read More … Nasionalisme Dimata INUL DARATISTA
 

Free Blog Templates

Blog Tricks

Easy Blog Tricks

bukan blog koruptor

perangi korupsi
dari dirimu sendiri
©  Grunge Theme Copyright by Paguyuban NASIONALIS Kab Malang | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks