Musim haji tengah berlangsung dan kita mendengar serta melihat banyak pejabat di Indonesia pergi
ke Baitullah menunaikan ibadah haji menggunakan fasilitas negara. Yang
terbaru adalah rombongan Menteri Agama Suryadharma Ali.
Senyampang menjalankan tugasnya sebagai amirul haj Indonesia di Mekah,
Menag membawa rombongan dalam jumlah banyak. Mereka adalah para kerabat,
sahabat, dan koleganya di partai.
Rombongan jumbo itu tentu tidak patut. Apalagi jika rombongan itu semua ditanggung oleh negara. Bandingkan dengan sikap Mohammad Hatta.
Tahun 1952, Bung Hatta hendak melaksanakan ibadah haji bersama istri dan dua saudarinya. Waktu Bung Karno menawarkan agar menggunakan pesawat terbang yang biayanya ditanggung negara. Bung Hatta menolaknya, karena ia ingin pergi haji sebagai rakyat biasa, bukan sebagai wakil presiden. Dia menunaikan rukun Islam kelima dari hasil honorarium penerbitan beberapa bukunya.
Bung Hatta yang dikenal sebagai Gandi dari Indonesia itu dikenal sangat ingin menyelami kehidupan sebagai rakyat Indonesia. Ketika meninggal dunia pun Hatta tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Dia hanya ingin dimakamkan di taman makam biasa.
"Saya ingin dikubur di kuburan rakyat biasa. Saya adalah rakyat biasa," kata Hatta.
Pesan Tersirat :
Check